Wednesday, June 6, 2012

Pintu Air (dekat) Stasiun Manggarai : Antara Tanah Abang dan Jakarta Kota

        Terbengong-bengong kumendengar ceritanya. Mengajukan beasiswa ke Jepang? Akan berangkat meninggalkan Indonesia tiga bulan lagi? Meninggalkanku? Seluruh pertanyaan itu berkecamuk. Berputar-putar dalam kepalaku dan menyesakkan dadaku. "Kau serius?" tanyaku. Kau tersenyum sembari mengangguk takzim. "Bagaimana? Kau mendukungku tidak?" tanyamu dengan bersemangat. "Kau tahu aku temanmu. Aku ikut senang bila kau senang. Aku pasti mendukungmu. Aku pendukung terbaikmu! Keberhasilanmu adalah rasa syukurku." Medengar jawabanku, senyummu makin lebar. "Terima kasih, Anna," katamu sebelum membiarkanku tertegun dengan ucapanku sendiri.
         Tidak, kau salah. Aku temanmu. Tapi aku tidak benar-benar mendukungmu. Bagaimana bisa aku mendukung sesuatu yang membuatmu jauh dariku? Kau temanku, pelindungku, sandaranku, panutanku. Bodoh bila aku mengingkari rasa membutuhkan yang muncul setiap melihat sosokmu. Ketergantunganku membuahkan rasa manja yang meningkat kadarnya dari waktu ke waktu. Tentu kau ingat seberapa seringnya kini aku merengek jika tak kau turuti mauku.
            "Benar kau sudah mengajukan aplikasi beasiswa itu? Tapi tempatnya sangat jauh," rajukku di waktu lain. "Ya, lalu? Bukankah jarak akan meningkatkan kemandirianku? Dengan jauh dari orangtua aku menjadi lebih tahan banting," jawabmu dengan bijak. "Aku bagaimana?" tanpa sadar, kuucapkan juga sikap keberatanku. Kau terbahak dengan keras. "Anna, zaman sudah canggih, apa gunanya teknologi telekomunikasi yang telah begitu maju saat ini? Kau bisa menghubungiku kapanpun kau perlu. Skype, facebook, twitter, yahoo mesenger, email, apa saja yang dapat kau gunakan." Entah mengapa aku sakit hati mendengar kata-katamu. Bukankah kehadiran fisik tidak tergantikan dalam sebuah komunikasi? Mana bisa kuganti wujudmu dengan koleksi fotomu di ponselku?
            "Anna, tolong lihat pengumuman di situs ini," kau melampirkan alamat sebuah situs dalam pesan singkatmu. "Pulsa modemku habis. Hari ini pengumuman penerimaan beasiswa ke Jepang. Aku sangat berharap mendapatkannya. Kau terus mendoakanku kan dua bulan terakhir ini?" Sebuah ikon senyum menutup pesanmu. Kuturuti permintaanmu. Aku mengetik alamat itu dan memasukkan namamu. Namamu terpampang sebagai salah satu penerima beasiswa. 

Seminggu kemudian.

Anna, hari ini aku terlambat naik kereta, setelah pemeriksaan dokter menyatakan aku layak untuk berangkat ke luar negeri sudah terbit dari rumah sakit. Siang ini sangat terik, kembali ku harus mengejar kereta tercepat supaya tidak menghambat rencana pengurusan keberangkatanku kali ini, Aku berharap semua bisa berjalan lancar.



Bogor, tanahnya istana.


Kereta sudah berjalan kearah Jakarta, tidak seperti biasanya, kursi-kursi tidak terisi penuh, cukup untukku untuk mengistirahatkan kaki dari segala kerja rodi yang dilakukannya hari ini. Aku tertegun, tidak bisa berbuat apa-apa, handphone yang ku bawa lupa di isi ulang, alias habis. Kereta makin cepat meninggalkan stasiun demi stasiun yang terlewati.

Aku membuka bungkusan yang kau berikan siang tadi, katanya ini adalah buku pertamamu setelah bertahun-tahun mencoba menjadi penulis, ya, hasil jerih payahmu. Buku itu berhiaskan namamu, akhirnya mimpimu menjadi nyata. Cetakan pertama ini dipersembahkan untukku yang telah setia menunggunya.

Katanya.

Aku terlarut membacanya, seakan aku memasuki sebuah lorong waktu yang panjang, seakan seluruh gerakan disekitarku mulai melambat. Aku terhanyut perlahan. Mengapa cerita ini persis dengan cerita yang kau buat sebelumnya, kau selalu memberikan akhir yang menggantung, membuatku sangat penasaran, entah kenapa, aku sangat kesal bila kau memberikan akhir itu pada ceritamu.

Ya sudahlah itu gaya tulisanmu, aku menyukainya.

Tanpa sadar, Stasiun Manggarai sudah terlihat di depan, aku memutuskan untuk istirahat membaca bukumu ini. semua orang yang tadinya melambat, kini kembali cepat di pandangan mataku. Tubuhku masih merinding ketika membaca bab demi bab yang kau torehkan melalui komputer dan mesin cetak ini. Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan?

Aku tak tahu.

"Kereta tujuan Tanah Abang di jalur 5 akan segera berangkat.."

Lembaran buku yang kau berikan tinggal sehalaman lagi,

Penasaran dengan akhirnya, aku terus membaca, memahami dan mengerti.

Kau memberikan arti yang jelas dan akhir yang menggigit. Aku senang.

Seharusnya kau melakukan hal ini dari cerpen pertama yang kau buat, aku tertawa kecil jika mengingat kau selalu memaksaku untuk membaca cerpen yang kau buat. Ah, kau memberikanku kekuatan untuk meneruskan jalan yang selama ini ku gantung sendiri, tanpa ada keinginan yang kuat untuk meneruskannya. Aku bersemangat untuk menuliskan sesuatu untukmu.

"Kau tau, jalur kereta yang biasa kita lalui?
ternyata jalur Tanah Abang dan Jakarta Kota hanya berbeda tipis saja sebelum berpisah
tepatnya di depan pintu air dekat Stasiun Manggarai itu
saat ini jalan kita masih dari jalur Bogor ke Manggarai
namun sebentar lagi, waktu telah menjadi gerbang pintu air itu untuk menentukan langkah kita
mau ke Jakarta Kota atau Tanah Abang,
tampaknya kau akan memilih Gondangdia sebagai tujuan terakhirmu
aku memilih Sudirman untuk meneruskan perjalananku.
Anna,
Kau tau, kita kan berpisah, namun masih dalam jalur yang sama.
yang berpisah hanya keretanya saja, namun relnya tetap menyatu.
Terima kasih atas segala pengorbananmu.
Terima kasih.

Ps: kayaknya bukunya ngga di jual di luar negeri deh, *simpan aaahh... :)"

Aku menyelipkannya di dalam bukumu, sebelum di kembalikan karena statusnya baru pinjaman semata. Ku harap kau bisa membacanya dan bisa memahami akhir yang akan ku berikan dalam hubungan kita.

Stasiun Sudirman telah terlihat, aku berdiri di pintu kereta, berjalan menuju masa depan yang akan datang. Akhirnya aku bisa kuliah ke luar negeri dan akan meninggalkannya dalam waktu yang amat lama. 6 tahun, semoga dia bisa menentukan pilihannya sendiri.

End.
5/6/12. 11.45
Erlinda SW
A Muhibar

Monday, February 13, 2012

Undang-Undang Darurat Tentang Blog Baru

UNDANG-UNDANG DARURAT 
NO : 1/2012/A/C1/KMN/AMCMPR/I
TENTANG

PENGGUNAAN ALAMAT BLOG
akbarmuhibarnulis.blogspot.com

BAB I
Tujuan Umum

Pasal 1
Ayat (1)
Blog digunakan sebagai website pribadi dan tidak bisa di jual.

Ayat (2)
Kalau dijual. siapa juga yang mau beli ya?

Pasal 2
Ayat (1)
Didalam blog boleh mencantumkan nama asli, cerita aneh, cerpen, cerbung, foto-foto dan semua hal yang ingin dimasukkan oleh sang empunya blog.

Ayat (2)
Sang empunya blog adalah pemilik dari akbarmuhibar.blogspot.com.

Ayat (3)
Kalau mau tau, silahkan ke alamat sana.

BAB II
Penggunaan Berkelanjutan

Pasal 3
Blog ini bertujuan untuk menulis saja, tidak untuk menampilkan kekerasan, SARA, penghinaan atau pelecehan pada satu atau sekelompok orang.

Pasal 4
Barangsiapa yang ingin meng-COPAS konten yang ada di Blog ini, diharapkan meminta izin pada sang empunya blog.

Pasal 5
Postingan di blog ini dimungkinkan akan berlanjut, tersendat-sendat, melambat, atau berhenti sama sekali.

BAB III
Konten Blog

Pasal 6
Ayat (1)
Blog ini akan berisi cerpen-cerpen keren yang akan ditulis oleh empunya blog.

Ayat (2)
Cerita-cerita, gambar, lagu dan kisah-kisah lainnya memiliki undang-undang dan hak cipta tertentu.

Ayat (3)
Empunya blog tidak akan memasang copy protector atau penghalang bagi yang ingin membaca blog.

Ayat (4)
Untuk kegiatan peng-copas-an dan pembelian naskah, harap hubungi empunya blog di akbarmuhibar@gmail.com

BAB IV
Penutup

Pasal 7
Semua perundang-undangan ini sebagian benar sebagian lagi adalah harapan.

Pasal 8
Semua pelanggaran akan tunduk pada Undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia.

Pasal 9
Semoga sebelum anda atau para pelanggar kena hukum, seharusnya anda harus dewasa terlebih dahulu untuk mengetahui, pelanggaran hak cipta ada hukumannya.

Pasal 10
Semoga bermanfaat.

DISAHKAN OLEH EMPUNYA BLOG
14 Februari 2012
Akbarmuhibar

Belajar Aplkom

Nyahahahaha!

Akhirnya setelah beberapa kali FAILED
yang namanya blog baru bisa di update juga. Mungkin ada beberapa nama kembar karena ke-ERROR-an
dari yang namanya labor komputernya IPB.

kata si ibu gaul mah, ada server yang besar, tapi kayanya ngga ngaruh deh sama yang namanya jaringan internet di sini.

Tetep aja LELET. kalau masak ikan LELE mungkin cukup sampe mateng.

Trus dimakan.
Dan akhirnya perut saya bunyi gara-gara ngebayangin ikan lele yang terakhir saya makan di kampung.

Ah, sudahlah.
Jangan lupa kunjungi Blog sodara saya yang sangat tenar, muahahaha
Akbarmuhibar.blogspot.com

*saya maunya main jujur aja ya, soalnya ngga pake iklan.

Nah, bu, bisa ngga tetep ngajar di kelas Komunikasi C yang dibilang sangat ribut ini?

Kalau bisa, nikmati saja ributnya kami karena sedang menikmati masa muda...

*cieellaaaahh......

Selamat menikmati, jangan dimakan, tapi dibaca dengan lahap. : )